
Jurnalisnusantara.com | Jakarta. – Prof. Munir Mulkhan dalam buku “Kiai Ahmad Dahlan – Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan” (2010) mencatat peran besar Muhammadiyah dalam mempopulerkan takjil.
Sebagai gerakan tajdid (pembaharuan), Muhammadiyah aktif mempromosikan tradisi menyegerakan berbuka dan menyediakan takjil secara teratur.
Awalnya, praktik ini mendapat tantangan. Pengikut Muhammadiyah bahkan dicap “tidak tahan lapar” karena mengakhirkan waktu sahur dan menyegerakan berbuka.
Namun, konsistensi Muhammadiyah dalam menjalankan tradisi ini, akhirnya diterima dan diadopsi oleh masyarakat luas.
Tradisi takjil bermula di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sejak tahun 1950-an dan menjadi contoh nyata kontribusi Muhammadiyah.
Dari gerakan lokal di Yogyakarta, tradisi takjil kemudian menyebar ke seluruh Indonesia, menjadi bagian tak terpisahkan dari bulan Ramadhan.
Inisiatif Muhammadiyah ini menunjukkan bagaimana sebuah gerakan pembaruan dapat berperan dalam membentuk dan memperkaya budaya keagamaan nasional.
(Red)