Jakarta | Jurnalis Nusantara – Di luar dugaan, Partai NasDem hari ini, Senin (3/10/2022) mengumumkan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden 2024 pilihan Nasdem. Namun, pilihan pada Anies itu bukan hal yang mengagetkan lagi. Yang bikin kaget hanyalah soal “timing” pengumuman itu, di mana isu nama Gubernur DKI Jakarta itu dikaitkan dengan masalah Formula E pada Juni 2022 lalu.
Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai NasDem, yang juga anggota DPR RI, Ahmad M.Ali, pengumuman itu tak ada kaitan dengan proses yang sedang berjalan di KPK.
“Saya justru melihat bahwa dengan deklarasi Pak Anies Baswedan sebagai capres 2024, peluang untuk berkoalisi dengan parpol lain malah makin lancar. Nasdem membuka diri untuk berkoalisi dengan parpol yang mau bersama-sama membangun bangsa ini,” tuturnya kepada awak media.
Keputusan hari ini, menurut Ahmad Ali, merupakan keputusan politik yang menuntut Nasdem membangun koalisi. Agar mitra koalisi tak meninggalkan koalisi, maka ada baiknya Nasdem cepat memutuskan nama capres.
“Sulit rasanya bagi Partai Nasdem untuk membangun koalisi kalau belum putuskan siapapun calon presiden pilihannya. Pak Surya Paloh memiliki wewenang mengumumkannya,” ujar anggota Komisi III DPR RI Dapil Sulawesi Tengah itu.
Dia menambahkan, pilihan pada Anies merupakan suara dari bawah, sejak 17 Juni lalu. Saat Rakernas itu Nasdem mengumumkan 3 nama, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Nasdem memandang Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan kinerja yang bagus. Buktinya, dengan memperoleh WTP selama beberapa kali. Saat mendapat WTP 2021, di dalamnya ada Formula E, namun pelanggaran itu tidak ditemukan pada diri Anies. Bila terjadi pelanggaran, pasti tak dapat WTP.
Sampai hari ini Nasdem berpatokan pada keputusan BPK RI yang sudah melakukan pemeriksaan terhadap Anies tapi tak menemukan pelanggaran.
Apakah Nasdem sudah membicarakan hal ini dengan PKS, Ahmad Ali mengatakan setiap partai politik memiliki mekanisme tersendiri dan Nasdem menghormatinya.
Ketika Nasdem memilih Anies, mereka memberi kewenangan penuh kepada Anies untuk memilih siapa pasangannya pada 2024. Nasdem berharap, koalisi yang terbangun nanti adalah parpol-parpol yang memiliki visi yang sama, yaitu mendahulukan kepentingan bangsa.
Mengapa tak memilih Ganjar? Ahmad Ali mengatakan, kemarin Ganjar bilang “aku ini kader partai, aku punya ibu, aku punya rumah”. Bagi Nasdem, kalau mau berkoalisi kita harus setara, tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi dari orang lain.
Sementara itu Anies Baswedan menyatakan bersedia menjalani amanah ini. Anies sangat menghargai sikap negarawan Surya Paloh yang menyerahkan wewenang kepada capres untuk memilih cawapres.
Anies mengungkapkan, sampai 16 Oktober 2022 dirinya masih duduk mengurusi Jakarta. Setelah itu, baru dipikirkan tentang siapa cawapres.
Dengan deklarasi ini, suhu politik di Tanah Air mulai memanas. 2024 bukan waktu yang lama lagi untuk melahirkan pemimpin nasional. Semua parpol akan bekerja keras untuk memenangkan pilpres dan pileg. Demokrasi Indonesia semakin dewasa, bila saja politik identitas tak dijadikan alat untuk semata meraup suara elektoral untuk kepentingan sesaat.
(Christy).