JN | Jakarta – Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menggelar International Ethnic Music Festival yang sudah memasuki tahun ketiga sejak diselenggarakan pertama kali pada tahun 2019 dengan nama Etno Musik Festival. Dalam perhelatan di tahun kedua pada tahun 2021 festival ini berganti nama menjadi International Ethnic Music Festival karena telah melibatkan para pemusik tradisi dari luar negeri.
Berbeda dengan tahun lalu yang berlangsung secara virtual, kali ini acara dilaksanakan secara luring (luar jaringan) atau tatap muka di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat, selama dua hari, pada 7 dan 8 November 2022.
International Ethnic Music Festival merupakan program yang dibuat untuk menciptakan ruang apresiasi secara luas bagi para pemusik tradisional baik di nusantara maupun dunia, melihat belakangan ini kurangnya perhatian publik terhadap musik tradisional, dan hanya dipentaskan di tempat-tempat tertentu dengan audiens yang terbatas atau kadang hanya dari kalangan internal masyarakatnya sendiri.
Menurut Imam Firmansyah, anggota Komite Musik Komite Dewan Kesenian Jakarta yang juga beraktifitas sebagai Composer musik tradisi, “Banyak yang perlu diperkenalkan kedahsyatan musik tradisi Indonesia. Terlebih, musik tradisi juga punya peluang yang luas untuk bisa dikembangkan dan bisa dikolaborasikan dengan musik apapun,” ujarnya.
Selain menyediakan ruang apresiasi baru, festival ini diharapkan bisa mendorong terjadinya dialog antar musisi tradisional di tengah zaman yang terus berubah, sehingga memunculkan gagasan-gagasan yang inovatif dalam pelestarian dan pengembangan musik tradisional, agar terus relevan dengan pendengar musik sekarang yang umumnya kaum muda. Dengan begitu ke depan, musisi-musisi tradisional bisa terus beregenerasi dan musik tradisional sendiri, tak hanya menjadi warisan leluhur yang tinggal menunggu waktu kepunahannya. Kemunculan generasi baru yang hidup dalam peradaban digital memberikan peluang terciptanya pemetaan kembali musik tradisional melalui media-media baru.
Senada dengan Imam Firmansyah, Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta lainnya, Cholil Mahmud yang juga dikenal sebagai vokalis dan gitaris Efek Rumah Kaca, menambahkan, “Banyak banget yang kita harapkan bisa digali lagi agar benar-benar para pemusik bisa hidup dari memainkan musik tradisi, penontonnya juga merasa punya kebanggaan, punya kesenangan, kangen dengerin musik tradisi.”
Betapa pun musik tradisional merupakan musik yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Ia bukan sekadar bebunyian, akan tetapi sebagai bentuk pengungkapan diri yang mewujud menjadi identitas.
Ia hidup dan tumbuh sebagai kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat. Sebagaimana musik lain, musik tradisional pun memiliki estetika sendiri yang dihasilkan dari alat musik, permainan nada, ritme, dan tempo. Musik tradisional memberikan keindahan bunyi kepada pendengarnya agar masuk ke kedalaman penjiwaan. Dalam praktek keseharian, seringkali musik ini dimainkan dalam acara peribadatan ataupun ritual kebudayaan seperti kematian, kelahiran, perkawinan, hingga upacara keagamaan, serta sebagai sarana hiburan.
Dalam International Ethnic Music Festival 2022, akan ada dua sesi diskusi mengenai pengembangan dan pelestraian musik tradisi. Pertama ialah diskusi tentang ekosistem musik tradisional di Indonesia, yang akan diisi oleh Jabatin Bangun (etnomusikolog dari Institut Kesenian Jakarta), Gilang Ramadhan (musisi), dan Nyak Ina Raseuki (musisi); kedua, diskusi mengenai penciptaan karya musik baru berbasis tradisi yang akan diisi oleh Rino Dezapaty (musisi tradisional), Hery Budiawan (musikolog dari Universitas Negeri Jakarta), dan Boo Boo Sianturi (musisi). Selain itu, akan ada penampilan enam musisi tradisi dari dalam dan luar negeri, yakni Rapai Pase (Aceh), Timur Jauh (Ternate), Riau Rhythm (Riau), Kadapat (Bali), Sinar Baru (Tangerang), dan Leon Gilberto Medellin (Meksiko), Cristina Duque (Ekuador), dan Victor Hugo (Meksiko) yang nantinya secara khusus akan mengisi sesi masterclass tentang musik dan tari Amerika Latin.
Sebagai festival internasional yang mempertemukan pembicara dan pelaku musik tradisi dari Indonesia dan luar negeri, secara tidak langsung festival ini juga menjadi medium untuk memperkenalkan musik tradisional Indonesia ke lingkup internasional. “Jadi ini sangat jarang bisa kita dengarkan di luar wilayahnya masing-masing, sehingga festival ini menjadi kesempatan emas masyarakat Jakarta dan pengunjung festival untuk bisa mengenali dan mempelajari bahasa musik dari masing-masing daerah yang akan kita pertunjukkan,” kata Cholil Mahmud.
International Ethnic Music Festival 2022 terselenggara berkat dukungan Dewan Kesenian Jakarta, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Unit Pelaksana Taman Ismail Marzuki, Jakarta Propertindo, dan Synchronize Radio.
Tim Kerja International Ethnic Music Festival 2022
Komite Musik DKJ : Azfansadra Karim, Asep Hidayat, ‘Kojek’ Amrullah, Cholil Mahmud, Imam Firmansyah
Program Manager : Anita Dewi Puspita
Program Officer : Nanda Vima Tasha
Finance Officer : Tiara Sasmita
Media Relations : Indiah Sari Kasmadi
Desain Grafis : Rio
Social Media Officer : Fransiskus Sena, Carlos William
Stage Management : Novan Seri & Team
Event Team : Eva Tobing, Joel Thaher, Faris, Yordan, Sandy, Bagus, Nadet, Opi,
Desi, Wulan, Kevin, Dita, Ebbie, Yusuf, Adit, Dion.
(Jurnalis Christy)