JN| JAKARTA – “Selamat malam Pak. Mohon maaf mengganggu. Saya Kepala Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi dan seluruh warga Desa Rejeki baik yang berada di Dusun Kawerewere dan Dusun Manggalapi, mengucapkan selamat dan sukses kepada bapak Mayjen atas jabatan baru sebagai Pangdam V/Brawijaya.
Dan juga kami seluruh masyarakat Desa Rejeki mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada bapak atas program unggulan Korem 132/Tadulako yang sudah terlaksana dengan baik di desa kami, sehingga warga di desa kami sudah menikmati listrik tenaga air. Sekali lagi terima kasih banyak Pak. Hormat saya Kades Rejeki”.
Demikian isi pesan Whatsapp dari Dedan Lampekui, Kepala Desa Rejeki, Kecamatan Palolo. Dedan punya cerita sendiri soal Pembangkit listrik tenaga air mikro yang saat ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Dusun Manggalapi, Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi Sulteng
Kisahnya, pada Oktober dan November 2021, saat Operasi Madago Raya, Brigjen TNI Farid Makruf, MA yang pada saat itu menjabat sebagai Danrem 132/Tadulako sampai ke Dusun Kawerewere dalam rangkaian operasi memburu sisa-sisa kelompok Mujahiddin Indonesia Timur. Brigjen TNI Farid Makruf yang ditemani Kepala Operasi Badan Intelijen Daerah Sulteng, Kolonel Kav Abdul Rahman sedang berbincang dengan Kepala Dusun dan sejumlah warga.
Saat itu warga masyarakat mengeluhkan tidak adanya aliran listrik di dusun mereka. Situasi inilah yang sering dimanfaatkan oleh para DPO teroris untuk bersembunyi dan melintas di wilayah tersebut.
Di jajaran Kampung di pedalaman itu sebanyak 54 KK menetap di Dusun 2 Manggalapi, 62 KK di Dusun 1 dan 48 KK di Dusun 3 Kawerewere. Warga sangat berharap adanya penerangan Listrik terutama di malam hari. Bila malam tiba warga hanya berdiam di rumah. Tak ada televisi sebagai hiburan. Anak-anak sekolah sulit belajar karena tidak ada penerangan.
Mendengar keluhan warga, Brigjen Farid Makruf merasa prihatin melihat bahwa di Dusun Kawerewere tidak ada penerangan listrik. Warga memakai penerangan lampu minyak seadanya.
Singkat kata, Brigjen Farid Makruf diperkenalkan oleh Kolonel Kav Abdul Rahman dengan warga setempat bernama Sudirman seorang insinyur yang mempunyai bengkel motor dan paham teknik mesin, pembuatan senjata, metalurgi dan mesin Listrik. Di depan rumahnya dibangun pembangkit listrik yang digerakkan turbin air untuk bengkel dan penerangan di rumahnya.
Kedua Perwira abituren Akademi Militer 1991 itu menggali pengalaman dan pengetahuan Sudirman, dan memutuskan untuk membuat pembangkit listrik tenaga Air mikro untuk pemukim di Kawerewere dan Manggalapi. Kemudian direncanakanlah untuk membuat dua unit pembangkit listik tenaga air mikro di Kawerewere. Bila di Manggalapi, 57 rumah dan 20 lampu jalan tenaga surya terpasang di Dusun di wilayah Desa Rejeki, maka pembangkit listrik tenaga air mikro jadi pilihan untuk Dusun Kawerewere.
Perencanaan dan pembiayaannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Korem 132/Tadulako dan program ini pun segera dimulai, dimasukkan dalam program serbuan teritorial (serter) yang menjadi program rutin di lingkungan TNI Angkatan Darat. Program itu dinamai Lipu Sintuwu Maroso. Lipu berarti kampung atau wilayah, dan Sintuwu Maroso adalah slogan dalam Bahasa Bare’e Poso yang secara harafiah bermakna ‘dengan bersatu kita menjadi kuat’.
Realisasi dari perencanaan program ini kemudian dilanjutkan dan diselesaikan oleh Danrem penggantinya; Brigjen TNI Toto Nurwanto, yang mengerahkan semua daya untuk menyelesaikan proyek kemanusiaan tersebut. Berkat kerja keras anggota Korem dan dibantu masyarakat, selesailah pembuatan mesin listrik tersebut.
“Sejak masih menjabat Danrem 132/Tadulako sampai dengan Farid Makruf berpindah tugas menjadi Wakil Inspektur Jenderal TNI, di Jakarta proyek pembangkit listrik tenaga air mikro itu dikerjakan oleh Danrem penggantinya sampai bisa dinikmati masyarakat,” imbuh Dedan.
Mewakili masyarakat yang kini sudah tidak lagi gelap gulita di malam hari, Dedan kemudian mengirimkan pesan via Whatsapp kepada Farid Makruf yang kini mendapat amanah menjadi Panglima Kodam V/Brawijaya.
Untuk diketahui, Desa Rejeki memiliki 8 RT dan 3 dusun dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 415. Saat ini, dua unit pembangkit listrik tenaga air mikro itu mampu melayani 110 keluarga.
Kehadiran pembangkit listrik ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. Malam tak lagi gelap gulita. Dan sudah ada warga Dusun Manggalapi yang berencana membeli televisi untuk hiburan sehari-hari.
(Dispenad/LI)