Jurnalisnusantara.com | Jakarta. – Berlokasi di Auditorium Ir. H. Djuanda Gedung Dakwah Muhammadiyah Jln Kramat Raya No. 49, Jakarta Pusat, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta mengadakan pengajian bulanan dengan tema Hari BerMuhammadiyah Sabtu,(06/07/24).
Turut hadir dalam acara tersebut yakni Ketua PWM DKI Jakarta H. Achmad Abubakar, SE, MM. serta Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.
Dalam tausiyahnya Prof. Haedar mengatakan bahwa, dalam BerMuhammadiyah kita harus bisa mengaktualisasi Islam secara mendalam, baik secara pribadi, keluarga maupun dalam masyarakat.
“Termasuk pula di bidang finansial, ketika kita bekerjasama dengan pihak Perbankan maka, harus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan lebih mengutamakan untuk rakyat yang banyak dan bukan untuk rakyat yang sedikit, tegas Prof. Haeder dengan raut muka penuh makna.
“Bagi Muhammadiyah, tujuan kerjasama dengan pihak perbankan bukan untuk kepentingan finansial, sebab uang hanyalah sebagai wasilah semata,” tutur Prof. Haerdar.
“Dan bukan hanya untuk kepentingan Muhammadiyah saja, namun juga untuk kepentingan rakyat banyak, sehingga harus dijaga dan diawasi dengan pengawasan tingkat tinggi,” tambahnya.
“Yang membedakan Ormas kita dengan Ormas yang lain adalah Muhammadiyah sebagai gerakan Profentik, yakni sudah dimulai sejak lahir dan berdirinya gerakan ini oleh KH. Ahmad Dahlan,” terang Prof. Haedar.
“Sehingga nantinya akan menjadi umat yang terpilih, umat yang ideal, dan umat yang terbaik. Dengan ciri sebagai umat yang tengahan, tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan,” jelasnya.
Terkait dengan persoalan tambang, Prof. Haedar tidak mempermasalahkannya asalkan tidak merusak lingkungan, jadi jangan haramkan yang tidak haram.
“Dengan menguasai tambang Arab Saudi bisa mengimbargo minyak bumi ke Negara Israel, karena memang menguasainya, kalau negeri kafir yang menguasainya maka, Negara tersebut akan menguasai dunia,” ucap Prof. Haedar
“Di Muhammadiyah banyak Saudara namun sedikit saudagar, banyak yang berpendapat namun sedikit yang berpendapatan, olehkarena itu semenjak Muktamar yang ke 47 di Kota Makasar, maka Muhammadiyah harus hadir dan aktif dibidang ekonomi,” ujar Prof. Haedar.
“Di Muhammadiyah itu dulu banyak sekali Da’i dan Saudagar yang tahan banting, sehigga kalau tidak ada tantangan mereka suka minta dibanting, mereka terkenal sebagai Pendakwah dan Saudagar yang militan, namun kini sudah agak berbeda, tidak sedikit para para Pendakwah dan Saudagar kita yang “Cemen” mudah ngeluh, dan mudah terpengaruh oleh orang yang berasal dari luar Persayarikatan, dan sesungguhnya orang yang berilmu itu kalau tidak tahu jarang berkomentar,” imbuh Prof. Haedar.
“Tolong PWM, PDM, dan PCM bangkitkan Sekolah-sekolah Muhammadiyah, lahirkan Kader-kader penerus bangsa dari Muhammadiyah, kalau dulu ada Ir. Djuanda, Otto Iskandar Dinata, Hingga Adam Malik, kedepannya harus ada generasi penerus yang melanjutkannya, sebab ilmu itu harus dipaksakan,” pungkas Prof. H. Haedar Nashir, M.Si.
(Wan)