February 8, 2025

JN | Jakarta – Ruang Theater Taman Ismail Marzuki sore ini penuh dengan pengunjung, karena ada agenda setiap tahunnya yaitu pemberian penghargaan Akademi Jakarta.
Kategori yang diberikan adalah seniman perseorangan dan seniman kelompok.
Paduan Suara (Padus) Dialita atas sumbangsihnya dalam merajut rekonsiliasi kultural untuk generasi berbasis komitmen pada kemanusiaan dan cinta tanah air.

Rabu 16 November 2022 penghargaan Akademi Jakarta, untuk seniman kelompok tahun ini jatuh kepada Padus Dialita.
Padus yang dibentuk oleh perempuan yang pernah menjadi tahanan politik (tapol) era 1965 adalah suara perempuan yang melantangkan ingatan dan peringatan agar bangsa Indonesia belajar dari masa lalu, agar lebih bijak mengolah persatuan dan berhenti melakukan kekerasan atas tubuh Pertiwi.

Dialita telah menunjukan kerja secara kolektif dibidang seni musik dengan mengumpulkan lirik dan lagu karya tapol yang tersembunyi dan tersebar.
Yang telah diciptakan dimasa penahanan.
Pembentukan dan pelatihan Padus tahun 2011 merupakan akumulasi dari dedikasi pada seni dan kemanusiaan selama 6 dekade, suatu pencapaian sepanjang hayat.

Melalui seni Padus yang mengolah kembali secara apik lagu Tapol dan lagu kenangan diera penuh gejolak 1960an.
Dialita telah membangun ingatan akan luka sejarah bukan untuk terjebak didalamnya, melainkan untuk proses penyembuhan bersama. Penampilan dan kehadiran Dialita sebagai saksi dan penyintas kekerasan masa lalu telah membuka ruang penyadaran kritis lintas generasi.

Melalui kreasi budaya, dengan lembut dan penuh sayang. Dialita membangun narasi tandingan yang meluruhkan dendam membara dan menggoyahkan stigmatisasi. Para penerima penghargaan selain mendapat piagam juga uang sebanyak 100juta dipotong pajak.

Dra.Uciko Fauziah sebagai ketua dalam wawancara dengan jurnalis Christy menjelaskan. “Dialita dalam bergiat sehari-hari membantu para Tapol yang kekurangan, merawat lansia yang sakit dsb.
Sehingga harus mempunyai kas sosial, dengan cara mencari barang bekas kemudian menjualnya, mengamen.
Banyak juga bantuan dari organisasi yang peduli. Uang kas hanya untuk transport, selebihnya untuk giat sosial para Tapol yang membutuhkan.”

“Dulu hanya wilayah Jakarta, sekarang sudah meluas sampai Jawa, ada yg butuh kursi roda kami kirim.
Banyak dukungan teman-teman yang simpati, Komnas perempuan, Komnas HAM, LBH, KKPK, Koalisi Masyarakat Kecil dsb.
Dialita terbentuk 4 Desember 2011, yang awalnya 10 orang sekarang 22 orang.
Tantangan sekarang usia ibu-ibu kan sudah 60tahun jadi kesehatan rawan, mulai keluhan sakit.

Tahun lalu saat usia 10th Dialita anggota tetap utuh, walau saat pandemi ada beberapa yang sakit covid bahkan dirawat, tetapi bisa sembuh, puji Tuhan.”
Demikian ketua menutup wawancaranya.

(Jurnalis Christy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!